Senin, 09 Januari 2012

SAHABAT ATAU CINTA

-->
Pagi itu, di tengah teriknya matahari di bulan November, seorang gadis berseragam SMA sedang tertunduk lesu. Ia memegangi sebuah sapu tangan  biru  muda. Perlahan-lahan saputangan itu basah. Gadis itu menangis. Tak lama kemudian, tumpahlah semua tangisnya. Ia menangis sejadi-jadinya.
Siang itu, taman tidak begitu ramai. Sehingga tak banyakjuga orang yang berkunjung ke sana.
“radit…….” Rintihnya sambil mencoba menghentikan tangisnya
Tiba-tiba sebuah dekapan dingin menyentuh bahu kirinya.
“sudahlah ta, jangan nangis lagi…….. “ kata abi menenangkannya
“bi, radit udah lupa sama aku…., dia gak ingat sama kenangan-kenangan kita dulu bi…..”
“iya, aku udah tau kok…. Kamu kecewa ya? “
Sinta mengangguk lemas. Ia sandarkan kepalanga pada bahu abi yang kekar. Abi menenangkan sinta dengan tangannya.
entah ada apa dengan diriku ini. Seharusnya aku sedih dengan keadaan sinta. Tapi entah mengapa di dalam lubuk hatiku, aku gembira. Aku gembira karena sekarang  hanya aku yang ada di sebelah sinta . oh tuhan….. seharusnya aku tidak boleh seperti ini. Sinta adalah sahabatku. Dan ia mencintai radit yang juga sahabatku .
Sudah dua hari sinta tak masuk sekolah. Tak ada satupun kabar tentangnya. Ketika kutanya teman temannya, mereka bilang sinta sakit. Jantungku berdegup kencang. Aku takut terjadi sesuatu dengannya. Kepercepat laju sepedaku agar cepat sampai di rumah nya.
Sampai di sana, kulihat ia tergeletak lemas di atas tempat tidur. Aku menghampirinya. Duduk di sebelahnya. Ku usap keningnya. “panas” kataku dalam hati
“Sinta, aku yakin kamu kuat dengan semua ini. Mungkin kamu hanya belum siap menerimanya. Aku yakin kamu kuat sin, kamu pasti bisa “ kataku lirih
Sejak hari itu, sinta menjadi murung. Aku tak tega melihatnya seperti itu terus. Aku ingin melakukan sesuatu agar ia bisa tersenyum kembali. Tapi apa?
Aku tau. Aku harus bicara dengan radit. Ia harus tau yang sebenarnya.
*******
Siang itu sepulang sekolah, aku  menunggu radit di depan pintu gerbang.
“Radit “ panggilku setengah berteriak pada radit.
Langkah kaki  radit terhenti. Ia menoleh. “ kamu…. Abi?” tanyanya setengah berpikir
“ya. Bisa  kita bicara sebentar ?”

*******
“sebenarnya, aku sudah ingat  itu semua. Efek penyakit itu tak seberat yang kalian bayangkan.“ kata radit tegas
Aku  terjingkat. aku menunggu radit melanjutkan penjelasannya
“aku tidak bisa meneruskan semua ini.”
“kenapa ?” sergahku
“ibuku….” Ia beranjak dari tempat duduknya  “ dari dulu, ibuku yang paling menentang hubunganku dengan sinta. Sekarang ia sakit. Aku tak bisa membiarkan egoku mengalahkan perasaanku “
“lalu sinta?”
“aku tau kau juga mencintai sinta kan?”
Abi tersentak.
“aku tau kau bisa membahagiakan sinta”
“tapi sinta hanya mencintaimu…………” sanggah abi
 “aku yakin kau bisa membuat sinta mencintaimu. Kau sahabatnya dari dulu. Tak mungkin kau tidak bisa membahagiakannya” katanya sambil menepuk bahuku
“jaga sinta baik-baik ya…. Kalau kau tak tega menodai persahabatan kita, lakukan ini untukku “ katanya sambil menatapku.
Matanya berkaca-kaca. Aku bisa membaca tatapan matanya. Ia masih sangat mencintai sinta. Tapi aku juga tau. Ibunya akan bertindak nekat jika permintaannya tidak  dipenuhi.
“baiklah…… akan kulakukan ini untukmu”
“thanks sob, “ katanya sambil memelukku erat-erat dan menepuk-nepuk  bahuku
Ia beranjak pergi meninggalkanku. Sementara aku, terduduk lemas sendiri di tempat duduk ini. Meratapi semuanya.
*******
Seminggu berlalu dari pembicaraanku dengan radit. Tiba-tiba handphone ku berdering.
“halo….” Sapaku dari ujung pesawat
“halo, bi jadi nggak sih…? Aku udah siap nich dari tadi…”kata seseorang di seberang pesawat.
Aku melirik jam ditangan. “ups ya ampun…” kataku kaget
“ iya ya…. Aku langsung jemput kamu ya… kita langsung berangkat “ kataku dengan cepat dan segera menutup telepon.
Hari ini, aku akan mengajak sinta ke toko buku di tengah kota. Toko itu baru buka. Jadi pastinya bnyak diskon disana. Ini adalah moment tepat untuk membawa sinta bersenang-senang. Ia suka sekali hunting buku-buku baru. Baginya, berbelanja di toko buku yang sedang diskon adalah surga dunia.
Sesampainya disana, prediksiku tidak salah. Wajahnya sumringah. Tak ada lagi raut kesedihan dalam matanya. Ia menari-nari di tengah tumpukan buku yang tersusun rapi di antara rak buku. Aku hanya melihatnya dari tempat duduk di samping pintu sambil memegang buku yang telah kupilih tadi.
Aku turut bahagia melihatnya bahagia.
Hampir 6 jam aku duduk disini dan menunggunya. Aku melirik jam di tanganku. “pukul 7 “ aku mencari sosok sinta diantara rak buku yang berbaris rapi. Tak kutemukan. Tiba-tiba suara kereta dorong mengalihkan pandanganku. Kulihat sinta bediri di sebelah kereta dorong itu sambil memamerkan buku-buku yang diambilnya.
Mataku terbelalak.
“sinta…….” Kataku sambil membolak-balik buku-buku yang  ada  dalam keranjangnya.
“kenapa? Kurang banyak ya…..” katanya santai.
“kamu gila….?”
“enggak “
“kamu mau beli sebanyak ini?
“memangnya kenapa? Mumpung lagi diskon kali……. Lagian ini edisi terbaru semua kok “
“trus gimana bawanya….”
“kan ada kamu…… “ katanya sambil meringis manis
“ini belum semuanya lho….”
“ha….? Maksud kamu?”
“Tuh lihat” katanya sambil menunjuk ke arah sebuah tulisan
“DAPATKAN NOVEL TERBARU RIRI REZA DENGAN MEMBELI BUKU SEHARGA MINIMAL 500.000 “ kubaca tulisan itu lirih.
“hanya karena itu……?” tanyaku sambil menunjuk tuklisan itu
“ayolah bi…… itu novel terbarunya riri reza… RIRI REZA. Kamu tau riri reza kan ?”
“ya ya aku tau. Ya udah ayok…….!” Kataku sambil mendorong keranjang itu.
Sepulang dari toko itu, aku mengajaknya makan di tempat favorit kita. Aku mengajaknya makan es krim kesukaannya.
“ta, kamu nggak pa pa kan?”
“enggak. Emangnya kenapa?” katanya sambil asyik memakan es krimnya.
“soal radit, gimana ?”
Ia tak segera menjawab. Ia masih asyik dengan es krimnya
“aku udah ngelupain soal itu. Aku udah tau yang sebenarnya lagi,”
“maksud kamu?” tanyakua penasaran
“iya. Jadi sebenarnya radit itu nggak lupa lagi sama aku. Dia Cuma meu berbakti sama ibunya.”
“dari mana kamu tau”
“kemarin aku cek up ke rumah sakit. Trus aku ketemu radit. Aku ikutinaja dia. Ternyata ibunya sakit. Dari situ, aku tau semuanya. Radit juga bilang semuanya ke aku. “
“lalu……”
“lalu….. aku trima keputusannya. Yang dia pilih itu bener kok. Dia kan ngelakuin itu demi orang tuanya. Kalo dia lebih memilih aku, itu namanya dia egois. Dia udah durhaka sama ibunya. Kalo aku ada di posisinya, psti aku juga akan ngelakuin hal yang sama kok.”
“eh….. kamu bengong aja, es krim kamu meleleh tuh……” Katanya setengah menyentak ku
“oh…ya “ aku membersihkan lelehan es krim yang membanjiri  telapak tanganku.
“kamu nggak sedih dengan keputusannya?” tanyaku lanjut
“awalnya sih sedih, tapi lama kelamaan aku bias terima kok. Mongkin kita belum jodoh. Udahan yuk…”
“ha…. Mau ke mana?”
“ke mana aja, yang penting hepi. Es krim ku udah abis nich…..”
“ya udah. Kita jalan jalan ya…..”
“ okey……. Let’s go” katanya ceria                                    
Senyum itu. Senyum yang paling indah yang pernah kulihat selama ini. Tawa itu, tawa paling ceria yang pernah kudengar dari bibirnya. Inilah yang selama ini kucari. Aku harap ini tak sementara.
Cinta mereka, sungguh indah. Tak mampu aku menodai cinta suci mereka. Biarlah seperti ini. Biarkan cinta mereka abadi dalam kenangan. Menjadi sebuah cerita indah sepanjang masa. Cerita cinta antara sinta dan radit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar