BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya kesulitan awal dalam membuat
suatu karya tulis adalah bagaimana mengungkapkan pikiran menjadi suatu kalimat.
Kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan antar
kalimat yang membentuk suatu paragraf. Dalam membentuk suatu paragraf harus
mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah paragraf. Paragraf
yang dibuat harus mempunyai keterpaduan antara paragraf yang lain. Keterpaduan
paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan peghubung antar kalimat.
Maka dari itu, melalui makalah ini
penulis akan memberikan penjelasan tentang pengertian paragraf, tujuan
pembentukan paragraf, syarat-syarat paragraf yang baik, unsur-unsur paragraf,
macam-macam paragraf, pengembangan paragraf, dan teknik pengembangan paragraf.
Kami berharap melalui makalah yang kami
sampaikan ini, para penulis bisa menulis sebuah karangan yang lebih baik.
Khususnya juga bagi para pendidik, mereka dapat mengajarkan dan memberi contoh
bagaimana menulis karangan yang baik kepada peserta didik. Agar para peserta
didik bisa membuat karya tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
benar.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian paragraf?
2.
Apa tujuan
pembentukan paragraf?
3.
Sebutkan syarat-syarat
paragraf yang baik!
4.
Sebutkan
unsur-unsur paragraf!
5.
Sebutkan
macam-macam paragraf!
6.
Jelaskan
pengembangan paragraf!
7.
Sebutkan teknik
pengembangan paragraf!
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian paragraf
2. Untuk
mengetahui tujuan pembentukan paragraf
3. Untuk
mengetahui syarat-syarat paragraf yang baik
4. Untuk
mengetahui unsur-unsur paragraf
5. Untuk
mengetahui macam-macam paragraf
6. Untuk
mengetahui pengembangan paragraf
7. Untuk
mengetahui teknik pengembangan paragraf
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf
berasal dari bahasa Inggris yaitu paragraph, sedangkan alinea berasal
dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata alenia dalam bahasa
Belanda berasal dari bahasa latina lenia yang berarti ‘mulai dari baris baru’.
Adapun bahasa Inggris paragraph berasal dari bahasa Yunani, para
yang berarti ‘sebelum’ dan grafein yang berarti ‘menulis, menggores’.[1]
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membahas tentang suatu gagasan atau topik tertentu. Paragraf merupakan
perpaduan kalimat-kalimat yang menunjukkan suatu kesatuan pikiran atau dapat
juga diartikan sebagai kumpulan kalimat-kalimat yang saling berkaitan dalam
membentuk suatu gagasan atau topik tertentu. Sebuah paragraf terdiri dari satu
atau dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan sering
kita temukan sebuah paragraf terdiri atas lebih dari lima buah kalimat.
Meskipun paragraf terdiri atas beberapa kalimat, tetapi tidak ada satu pun dari
kalimat-kalimat tersebut yang membahas tentang permasalahan yang lain (Arifin
1988:125).[2]
Jadi, paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang berisi kumpulan kalimat
yang saling berhubungan dan berkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya
dalam suatu rangkaian permasalahan tertentu secara menyeluruh, utuh dan padu
serta mempunyai satu kesatuan pikiran yang membahas suatu topik atau tema
tertentu. Berikut ini merupakan contoh sebuah paragraf :
Berdasarkan
sarananya bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan lisan.
Bahasa tulis ialah bahasa yang ditulis atau dicetak yang berupa suatu karangan.
Sedangkan bahasa lisan ialah bahasa yang diucapkan atau dituturkan, berupa
pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis, paragraf merupakan bagian dari
suatu karangan dan dalam bahasa lisan, paragraf merupakan bagian dari suatu
tuturan.[3]
Paragraf tersebut terdiri dari empat
kalimat. Semua kalimat di atas membahas tentang bahasa tulis dan lisan. Oleh
karena itu, topik paragraf itu adalah masalah bahasa. Dalam tulisan-tulisan
lain kita juga akan menjumpai topik paragraf yang lain pula. Topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf.
Semua pembahasan dalam paragraf tersebut terpusat pada pikiran utama. Pikiran
utama itulah yang menjadi pokok pembicaraan. Karena itu, pikiran utama disebut
juga gagasan pokok dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi
pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik paragraf.
B. Tujuan Pembentukan Paragraf
1. Untuk
memudahkan pembaca dalam memahami suatu permasalahan dalam paragraf tertentu. Karena
permasalahan dalam paragraf satu dengan paragraf lain tidak sama, akan tetapi
tetap saling berhubungan.[4]
2. Untuk
memudahkan pembaca dalam membedakan antara permasalahan dalam suatu paragraf
dengan permasalahan dalam paragraf yang lain. Oleh sebab itu alinea hanya boleh
mengandung satu permasalahan, jika terdapat dua permasalahan, maka dipecahkan
menjadi dua alinea.
3. Sebagai
pembeda dalam pembahasan antara permasalahan satu dengan permasalahan lain
dalam suatu kalimat.
C. Syarat Paragraf yang Baik
Paragraf yang baik sebaiknya memenuhi
dua syarat, yaitu (1) kesatuan dan (2) kepaduan (Arifin 1988:126; Soedjito
1991:30). Kemudian Sakri (1992:2) menambahkan ciri ketiga dari paragraf yang
baik, yakni (3) memiliki isi yang memadai.[5]
Berikut ini merupakan pejelasan dari syarat paragraf yang baik :
1. Kesatuan
Dalam sebuah paragraf hanya terdapat
satu pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf
perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari
pokok pikiran paragraf tersebut. Apabila ada kalimat yang menyimpang dari pokok
pikiran atau ide pokok paragraf tersebut, maka paragraf akan menjadi tidak padu
dan tidak utuh. Kalimat yang menyimpang tersebut harus ditiadakan dari
paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini:
Jateng
sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng, selesai
pertandingan final Kejurnas Tenis Minggu malam di Gedung Olah Raga Jatidiri
Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi
Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini
dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali
perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petenis terbaik yang jatuh ke
tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi puncak yang pernah
diraih oleh Jateng dalam arena kejurnas.[6]
Paragraf tersebut terdiri dari enam
kalimat. Perhatikan kalimat ketiga dari paragraf tersebut, yaitu Kota
Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng. Kalimat
tersebut menyimpang dari pokok pikiran Jateng sukses, sedangkan kalimat yang
lain mendukung pokok pikiran. Kalimat ketiga menyebabkan paragraf tersebut
tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat tersebut hendaknya ditiadakan agar paragraf
menjadi utuh.
2. Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dilihat dari
penyusunan kalimat secara logis dan dari ungkapan-ungkapan (kata-kata)
penghubung antar kalimat. Urutan susunan kalimat yang logis akan terlihat dalam
suatu paragraf. Dalam paragraf juga tidak ada kalimat yang sumbang atau keluar
dari permasalahan yang dibicarakan.
Kata penghubung antar kalimat dapat berupa kata
penghubung transisi. Beberapa kata transisi yang dapat digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah sebagai berikut
:[7]
1) Hubungan
tambahan, seperti selanjutnya, kemudian, di samping itu, lalu, berikutnya,
demikian pula, begitu juga, lagi pula.
2) Hubungan
pertentangan, seperti akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian,
sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
3) Hubungan
perbandingan, seperti sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan
dengan itu.
4) Hubungan
akibat, seperti oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka.
5) Hubungan
tujuan, seperti untuk itu, untuk maksud itu.
6) Hubungan
singkatan, seperti singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata
lain, sebagai simpulan.
7) Hubungan
waktu, seperti sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
8) Hubungan
tempat, seperti berdekatan dengan itu.
Paragraf di bawah ini memperlihatkan
pemakaian kata penghubung antar kalimat yang berupa kata penghubung transisi :
Belum
ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka.
Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai guncang menampung serbuan para
pemburu saham. Agaknya, pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya
saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung
minat pemilik yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG)
dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat
ke tingkat 101,828 persen.[8]
Dengan adanya penghubung kata antar kalimat
seperti yang disebutkan dalam paragraf di atas, yakni sementara itu, oleh
karena itu, akibatnya, dan bahkan. Maka akan diperoleh suatu kepaduan
paragraf dan urutan susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu menjadi logis.
3. Isi
yang memadai
Sebuah paragraf dapat dikatakan memiliki
isi yang memadai jika memiliki sejumlah susunan kalimat yang sesuai untuk
menjadi kalimat pendukung pokok pikiran dalam suatu paragraf. Pembaca berharap
akan menemukan semua informasi yang berkaitan dengan pokok pikiran paragraf
secara memadai. Pembaca akan kecewa bila gagasan yang terkandung dalam sebuah
paragraf tidak jelas atau tidak didukung dengan kalimat penjelas/pendukung yang
sesuai.[9]
D. Unsur-unsur Paragraf
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang
membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu
sebagai berikut:[10]
1. Kalimat
topik/kalimat pokok adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama
paragraf.
Ciri-ciri
kalimat topik adalah sebagai berikut:[11]
· Kalimat
lengkap yang dapat berdiri sendiri
· Mengandung
permasalahan yang potensial untuk dirinci dan dapat diuraikan lebih lanjut
· Mempunyai
arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
· Dapat
dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi
2. Kalimat
penjelas/kalimat pendukung adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau
mendukung ide utama paragraf.
Ciri-ciri
kalimat penjelas adalah sebagai berikut:[12]
· Kalimat
yang tidak dapat berdiri sendiri
· Arti
kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain
dalam satu paragraf
· Pembentukannya
sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi
· Isinya
berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat
mendukung kalimat topik
Berdasarkan susunannya, paragraf dapat dibagi
menjadi 3 bentuk di antaranya sebagai berikut:[13]
1) Paragraf
yang memiliki empat unsur
Susunan
paragraf jenis ini terdiri atas :
a. Tarnsisi
(berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b. Kalimat
topik
c. Kalimat
pengembang
d. Kalimat
penegas.
2) Paragraf
yang memiliki tiga unsur
Susunan
paragraf jenis ini terdiri atas :
a. Transisi
(berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b. Kalimat
topik
c. Kalimat
pengembang
3) Paragraf
yang memiliki dua unsur
Susunan
paragraf jenis ini terdiri atas :
a.
Kalimat topik
b. Kalimat pengembang
E. Macam-macam Paragraf
1) Jenis
paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena
berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam
paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik dalam paragraf akan memberi
warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf
induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.[14]
a. Paragraf
Deduktif
Adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak
pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan
terlebih dahulu, kemudian kalimat penjelas yang menguraikan secara terperinci mengenai
permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
”Olahraga
akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik
orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat
jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah
lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat
lelah dan mudah terserang penyakit.”[15]
b. Paragraf
Induktif
Adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak
pada bagian akhir paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan (kalimat
penjelas) terlebih dahulu, kemudian diakhiri dengan pokok pembicaraan (kalimat
pokok).
Contoh paragraf induktif :
”Pak
Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga
memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, juga memiliki
kebun kakao yang lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini
merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210
penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao.
Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa
Kakao.”[16]
c. Paragraf
Deduktif-Induktif
Adalah paragraf yang kalimat pokoknya
terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Kalimat pada akhir paragraf
umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada
awal paragraf.
Contoh paragraf deduktif-induktif:
”Pemerintah
menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat, murah, dan sehat.
Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang kuat tetapi murah
harganya. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat
menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini
menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah, dan
sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”[17]
d. Paragraf
penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf
sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat
topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan
kalimat topik karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf
semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif
terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik:
”Pagi
hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah dengan udara yang sejuk
dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang
menandakan pagi hari yang sangat indah. Ku hirup udara pagi yang segar
sepuas-puasku.”[18]
2) Jenis
paragraf menurut sifat isinya
Berdasarkan sifat isinya, paragraf dapat
digolongkan menjadi lima macam, yaitu:[19]
a. Paragraf
Persuasif
Adalah isi paragraf yang mempromosikan
sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Contoh :
“Marilah
kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan
penyakit yang disebabkan oleh sampah-sampah yang dibuang tidak pada tempatnya.
Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing-masing untuk membuang
sampah pada tempatnya.”
b. Paragraf
argumentasi
Adalah isi paragraf yang membahas
tentang satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung. Contoh :
“Menurut
Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan
oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan
berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008-2009, maka sebagai
penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk
masa kepengurusan 2009-2010.”
c. Paragraf
naratif
Adalah isi paragraf yang menunjukkan
suatu peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita sesuai dengan
kronologi waktu. Oleh karena itu, paragraf naratif umumnya ditemukan dalam
novel, cerpen, hikayat, dan sebagainya. Paragraf naratif memiliki unsur 5W1H
(who, what, where, when, why, dan how). Siapa, melakukan atau mengalami
kejadian apa, di mana dan kapan kejadian itu terjadi, mengapa sampai melakukan
atau mengalami kejadian itu, dan bagaimana kronologis kejadiannya.[20]
Berikut contohnya:
“Siang
itu Jaka benar-benar kecewa karena tugas yang telah disusunnya berminggu-minggu
ketika sudah sampai waktunya untuk dikumpulkan ternyata tidak dapat dicetak
karena ia lupa meletakkan disket yang berisi dokumen itu. Mondar-mandir ia
mencarinya dan tidak menemukannya. Jaka memarahi dirinya karena tidak menyimpan
di tempatnya. Ia tergesa-gesa ketika selesai dari rental langsung pulang ke
kampung halaman.”
d. Paragraf
deskritif
Adalah paragraf yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu dengan bahasa. Paragraf deskriptif adalah paragraf yang
berisi lukisan apa yang tertangkap oleh indera, baik yang terlihat, terdengar,
terasa, teraba, atau tercium.[21]
Semua hasil penginderaan selanjutnya diolah oleh perasaan dan dilukiskan dengan
kata-kata sebagai sebuah paragraf deskripsi. Contoh :
“Kini
hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa
pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung
15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukan atas ini juga sudah dilengkapi
dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan.
Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.
e. Paragraf
ekspositoris/eksposisi
Paragraf ekspositoris disebut juga
paragraf paparan. Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang memaparkan sesuatu
fakta atau kenyataan kejadian tertentu. Paragraf ini menunjukkan suatu objek.
Peninjauannya tertuju pada satu unsur dari objek yang dipaparkan.
Penyampaiannya dapat menggunakan analisis kronologis atau keruangan. Contoh :
“Rachmat
Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP
(1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978
Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa
Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana
Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof.
Dr. A. Teeuw”.
3) Jenis
paragraf menurut fungsinya dalam karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:[22]
a. Paragraf
pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok
pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf
pembuka harus di fungsikan untuk:
a) Mengantarkan
pada pokok pembicaraan
b) Menarik
minat pembaca
c) Menyiapkan
atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut dapat dikatakan bahwa paragraf
pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf
pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu
bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu:
a) Kutipan,
peribahasa, anekdot
b) Pentingnya
pokok pembicaraan
c) Pendapat
atau pernyataan seseorang
d) Uraian
tentang pengalaman pribadi
e) Uraian
mengenai maksud dan tujuan penulisan
f) Sebuah
pertanyaan
b. Paragraf
pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu
karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini di
dalam karangan dapat difungsikan sebagai:[23]
a) Mengemukakan
inti persoalan
b) Memberikan
ilustrasi
c) Menjelaskan
hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
d) Meringkas
paragraf sebelumnya
e) Mempersiapkan
dasar bagi simpulan
c. Paragraf
Penutup
Paragraf ini berisi kesimpulan bagian
karangan atau seluruh karangan. Mengingat paragraf penutup ini sebagai akhir
dari karangan. Penyajiannya harus memperhatikan hal sebagai berikut :[24]
a) Sebagai
bagian penutup, maka paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
b) Isi
paragraf harus berisi kesimpulan sementara atau kesimpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian
c) Sebagai
bagian yang paling akhir dibaca, maka paragraf ini diusahakan dapat menimbulkan
kesan yang medalam bagi para pembaca
F. Pengembangan Paragraf
Mengarang adalah mengembangkan paragraf
demi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat topik. Satu paragraf hanya
mengandung satu kalimat topik. Contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan
paragraf yang tidak hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini
mengandung tiga buah kalimat topik.[25]
“Penggemar
seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal
memperoleh seruling buatan Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan
pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling
buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat instrumen tiup kelas
dunia.”
Perhatikan contoh paragraf berikut yang
merupakan pengembangan kalimat-kalimat dari ketiga topik di atas.[26]
“Penggemar
seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal
memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh
beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengemukakan
bahwa pemesanan serulingnya ditutup.”
“Pada
pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu
banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Jika dibuat terus menerus,
Morgan harus bekerja selama empat belas tahun guna memenuhi pesanan tersebut.
Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun
1950.”
“Dewasa
ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli
lainnya adalah Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck (Bremen), Frederick
van Huene (Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman), serta Sighoru Yamaoka dan
Kuito Kinoshito (Jepang).” (Dikutip dari Arifin 1988:138).
Kalau kita amati, ternyata ketiga paragraf-paragraf
yang terakhir lebih memberi penjelasan dari kalimat pokok daripada paragraf
sebelumnya yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat
akan kalimat topik dan kreatif dalam memilih kalimat-kalimat penjelas.
Sedangkan paragraf yang mengandung tiga buah kalimat topik menjadi kurang jelas
karena tidak ada kalimat-kalimat penjelas.
G. Teknik Pengembangan Paragraf
Secara garis besar teknik pengembangan
paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi“. Apa
yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan
kalimat-kalimat penjelas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara nyata
tentang apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan menggunakan
“analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logika
sehingga pernyataan tersebut menjadi sesuatu yang meyakinkan.[27]
Dalam praktek pengembangan paragraf,
kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih
praktis, di antaranya adalah :
a. Pengembangan
paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus
Kalimat Utama ditulis pada awal
paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Berikut ini contohnya:
“(1)
Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di
dunia ini adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi
alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa,
mengabaikan, dan menyia-nyiakan.”[28]
Paragraf seperti ini dinamakan paragraf
deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah umumnya berbentuk deduktif. Paragraf
tersebut merupakan pengembangan paragraf dari umum ke khusus (umum-khusus). Pengembangan
paragraf itu dapat diperinci sebagai berikut:
· Kalimat
umum (1)
· Kalimat
khusus (2)
· Kalimat
khusus (3)
· Kalimat
khusus (4)
Selain itu, paragraf dapat disusun
dengan cara mengembangkan ide pokok secara khusus-umum. Berikut ini contoh
pengembangan paragraf khusus-umum:
“(1)
Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan
dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan
memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan
cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Bukti yang
lalu meyakinkan kita bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan
dipecah-pecah.”[29]
Paragraf seperti ini dinamakan paragraf
induktif. Kalimat awal menunjukkan hal-hal yang khusus, kemudian dipaparkan hal
umum yang merupakan pikiran pokok. Pengembangan paragraf seperti itu dapat diperinci
sebagai berikut:
· Kalimat
khusus (1)
· Kalimat
khusus (2)
· Kalimat
khusus (3)
· Kalimat
umum (4)
b. Pengembangan
paragraf dengan pemberian contoh
Paragraf pengembangan ini menunjukkan
suatu pernyataan, kemudian menyebutkan rincian-rincian yang berupa
contoh-contoh konkrit. Berikut ini contohnya:[30]
“Kesalahan
dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi)
dan penyusunan kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya
digunakannya kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, dan memang yang
mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan. Adapun
kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis kalimat yang panjang
yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu, seperti penulisan kata dapat, telah,
dan adalah pada kalimat dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah
menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.”
Untuk itu dalam menggunakan paragraf
pengembangan ini, penulis hendaknya dapat memilih contoh-contoh yang umum,
representatif, dan dapat mewakili keadaan yang sebenarnya.
c. Pengembangan
paragraf dengan menampilkan fakta-fakta
Pengembangan paragraf dengan cara ini awalnya
adalah dengan mengemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran pokok, kemudian
kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta-fakta yang meyakinkan pendapat
tersebut.[31] Berikut
ini contohnya:
“Banyak
ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif.
Kagagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai
pemersatu kalimat-kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan
akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu,
sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya
untuk menghasilkan argumen yang meyakinkan.”
d. Pengembangan
paragraf dengan memberikan alasan-alasan
Alasan-alasan yang digunakan untuk
mengembangkan paragraf jenis ini dapat berupa sebab-akibat atau akibat-sebab.
Dalam pengembangan paragraf sebab-akibat, lebih dahulu dikemukakan fakta yang
menjadi sebab terjadinya sesuatu, kemudian diikuti rincian-rincian sebagai
akibatnya. Dalam hal ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat
merupakan pikiran-pikiran penjelas. Contoh:[32]
(1)
Kemampuan menyusun paragraf yang baik adalah modal kesuksesan bagi mahasiswa.
(2) Ia dapat mengungkapkan ide atau gagasannya dengan jelas kepada dosen atau
kepada partisipan ketika berdiskusi. (3) Tugas-tugas juga dapat dibaca dan dipahami
dengan cepat oleh dosen karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan
dengan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen
tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan kepala ketika mengoreksi
argumentasinya yang jelas.
Paragraf tersebut termasuk paragraf
deduktif. Pengembangan paragraf ini dapat diperinci sebagai berikut:
· Kalimat
(1) merupakan sebab
· Kalimat
(2) merupakan akibat
· Kalimat
(3) merupakan akibat
· Kalimat
(4) merupakan akibat
Kebalikan pengembangan paragraf
sebab-akibat adalah paragraf akibat-sebab. Dalam hal ini, akibat suatu kejadian
merupakan pikiran-pikiran utama, sedangkan sebab merupakan pikiran penjelas.
(1)
Dia terpaksa tidak melanjutkan kuliahnya di Unnes. (2) Sudah beberapa bulan
ibunya sakit. (3) Ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu. (4)
Adik-adiknya masih kecil. (5) Sementara ibunya membutuhkan biaya pengobatan.
(6) Untuk itu, terpaksa ia harus meninggalkan kuliahnya karena harus bekerja.
e. Pengembangan
paragraf dengan perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan yaitu
suatu cara dimana penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau
lebih objek/gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Paragraf berikut
merupakan paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.[33]
Contoh (a):
(1)
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra yang disebut pantun dan
syair. (2) Kedua cipta sastra itu berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra
lama. (3) Kedua puisi lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris.
(4) Baik pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai
pada cipta sastra masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian
saja.
Pada pengembangan contoh (a) di atas
dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-persamannya.
Contoh (b):
(1)
Pantun dan syair mempunyai beberapa perbedaan. (2) Perbedaannya terlihat jelas
pada sajaknya. (3) Pantun bersajak silang (abab), sedangkan syair bersajak sama
(aaaa). (4) Selain itu, dua baris pertama pada pantun hanya berupa sampiran,
sedangkan isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. (5) Pada syair yang
tidak ada sampiran, keempat barisnya mengandung isi yang saling bertautan.
Pada pengembangan contoh (b) di atas,
dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi perbedaan-perbedaannya.
Contoh (c):
(1)
Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya
tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair keempat
barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga
dan keempat. (5) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal
dari sastra Arab.
Pada pengembangan contoh (c) di atas,
perbandingan dipaparkan dengan persamaan dan perbedaan-perbedaan. Dapat
diperinci sebagai berikut:
· Kalimat
(2) menunjukkan persamaan
· Kalimat
(3), (4), dan (5) menunjukkan perbedaan-perbedaan
Pengembangan paragraf perbandingan dapat
disusun dengan dua cara.[34]
Cara pertama, (1) semua rincian tentang hal I dipaparkan terlebih dahulu,
(2) kemudian setelah menulis tentang hal I, selanjutnya semua rincian tentang
hal II dipaparkan. Jadi, rincian masing-masing disebutkan secara terpisah.
Paragraf itu seolah-olah terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian I berisi
rincian-rinciannya dan bagian II juga berisi rincian-rinciannya juga.
Pengembangan paragraf perbandingan cara kedua
yaitu rincian-rincian tentang hal I dan hal II tidak ditulis terpisah, artinya
dalam satu kalimat. Seperti yang dipaparkan dalam contoh (c) pada kalimat (3),
(4), dan (5). Rincian-rincian yang disebutkan dalam cara kedua itu harus
sejajar. Dalam karangan lebih banyak yang menggunakan cara yang kedua, sebab
persamaan dan perbedaan dua hal yang dibandingkan itu lebih mudah dipahami dan
diingat jika diletakkan dalam satu kalimat.[35]
f. Pengembangan
paragraf dengan definisi luas
Definisi luas (definisi formal yang
diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan
atau uraian menuju pada perumusan definisi itu.[36]
Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas:
“Karangan
eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu
gagasan. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi
keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi
luas dan mudah dimengerti. Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada
kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau
gagasan yang disampaikan.”
g. Pengembangan
paragraf dengan campuran
Dalam jenis pengembangan ini,
rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih
cara pengembangan paragraf. Misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab
akibat, sebab-akibat dengan perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan,
dan sebagainya. Berikut contohnya pengembangan paragraf jenis definisi luas
dengan contoh-contoh:[37]
“(1)
Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama
dalam percakapan. (2) Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya.
(3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak macamnya dan jumlahnya. (4) Biasanya menggunakan
kata-kata lazim yang dipakai sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata-kata
tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya bilang,
bikin, sendirian, nggak, emang, dipikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula
kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul (dibetulkan), belum
lihat (belum melihat), merobah (mengubah), dan sebagainya. (7) Lafalnya pun
sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya: dapet (dapat), malem (malam),
ampat (empat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8) Bahkan sering
juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya ini
hari, itu orang, lain hari, lain kali, dan sebagainya.”
BAB
III
KESIMPULAN
Paragraf
adalah bagian dari suatu karangan yang berisi kumpulan kalimat yang saling berhubungan
dan berkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya dalam suatu
rangkaian permasalahan tertentu secara menyeluruh, utuh dan padu serta mempunyai
satu kesatuan pikiran yang membahas suatu topik atau tema tertentu.
Tujuan pembentukan
paragraf di antaranya adalah:
a) Memudahkan
pembaca dalam memahami suatu permasalahan dalam paragraf tertentu.
b) Memudahkan
pembaca dalam membedakan antara permasalahan dalam suatu paragraf dengan
permasalahan dalam paragraf yang lain.
c) Sebagai
pembeda dalam pembahasan antara permasalahan satu dengan permasalahan lain
dalam suatu kalimat.
Paragraf
yang baik sebaiknya memenuhi dua syarat, yaitu (1) kesatuan dan (2) kepaduan
(Arifin 1988:126; Soedjito 1991:30). Kemudian Sakri (1992:2) menambahkan ciri
ketiga dari paragraf yang baik, yakni (3) memiliki isi yang memadai.
Unsur-unsur paragraf
bisa dilihat dari berdasarkan fungsi dan susunanya, yaitu:
Berdasarkan fungsinya,
kalimat yang membangun paragraf dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a) Kalimat
topik/kalimat pokok adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama
paragraf.
b) Kalimat
penjelas/kalimat pendukung adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau
mendukung ide utama paragraf.
Berdasarkan susunannya,
paragraf dapat dibagi menjadi tiga bentuk di antaranya sebagai berikut:
1) Paragraf
yang memiliki empat unsur, susunan paragraf jenis ini terdiri atas, transisi
(berupa kata, kelompok kata, atau kalimat), kalimat topik, kalimat pengembang,
dan kalimat penegas.
2) Paragraf
yang memiliki tiga unsur, susunan paragraf jenis ini terdiri atas, transisi
(berupa kata, kelompok kata, atau kalimat), kalimat topik, dan kalimat
pengembang.
3) Paragraf
yang memiliki dua unsur, susunan paragraf jenis ini terdiri atas, kalimat topik
dan kalimat pengembang.
Macam-macam paragraf
dibagi menjadi tiga jenis, di antaranya sebagai berikut:
a)
Jenis paragraf
menurut posisi kalimat topiknya
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: paragraf deduktif, paragraf induktif,
paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.
b) Jenis
paragraf menurut sifat isinya
Berdasarkan sifat isinya, paragraf dapat digolongkan
menjadi lima macam, yaitu: paragraf persuasif, paragraf argumentasi, paragraf
naratif, paragraf deskritif, dan paragraf eksposisi.
c) Jenis
paragraf menurut fungsinya dalam karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup.
Mengarang adalah
mengembangkan paragraf demi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat topik.
Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Teknik mengembangkan
paragraf di antaranya sebagai berikut:
a. Pengembangan
paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus
b. Pengembangan
paragraf dengan pemberian contoh
c. Pengembangan
paragraf dengan menampilkan fakta-fakta
d. Pengembangan
paragraf dengan memberikan alasan-alasan
e. Pengembangan
paragraf dengan perbandingan dan pertentangan
f. Pengembangan
paragraf dengan definisi luas
g. Pengembangan
paragraf dengan campuran
DAFTAR
PUSTAKA
Endutendut.
2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html.
Diakses
tanggal 22 Nopember 2012).
Sakir. 2012. Analisis Kesalahan
Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://sakir-88.blogspot.com/2012/02/makalah-anakes.html.
Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
Wordpress.
2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/.
Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
[1] Endutendut. 2012.
Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online).
(http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf
(Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal
22 Nopember 2012).
[5] Endutendut.
2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online).
(http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Sakir. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf
(Online). (http://sakir-88.blogspot.com/2012/02/makalah-anakes.html. Diakses
tanggal 22 Nopember 2012).
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf
(Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal
22 Nopember 2012).
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid
[20] Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf
(Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[21] Ibid
[22] Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf
(Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal
22 Nopember 2012).
[23] Ibid
[24] Ibid
[25] Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf
(Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[26] Ibid
[27] Ibid
[28] Ibid
[29] Ibid
[30] Ibid
[31] Ibid
[32] Ibid
[33] Ibid
[34] Ibid
[35] Ibid
[36] Ibid
[37] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar