Senin, 28 Oktober 2013

makalah anakes segi paragraf



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Umumnya kesulitan awal dalam membuat suatu karya tulis adalah bagaimana mengungkapkan pikiran menjadi suatu kalimat. Kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan antar kalimat yang membentuk suatu paragraf. Dalam membentuk suatu paragraf harus mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah paragraf. Paragraf yang dibuat harus mempunyai keterpaduan antara paragraf yang lain. Keterpaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan peghubung antar kalimat.

Maka dari itu, melalui makalah ini penulis akan memberikan penjelasan tentang pengertian paragraf, tujuan pembentukan paragraf, syarat-syarat paragraf yang baik, unsur-unsur paragraf, macam-macam paragraf, pengembangan paragraf, dan teknik pengembangan paragraf.
Kami berharap melalui makalah yang kami sampaikan ini, para penulis bisa menulis sebuah karangan yang lebih baik. Khususnya juga bagi para pendidik, mereka dapat mengajarkan dan memberi contoh bagaimana menulis karangan yang baik kepada peserta didik. Agar para peserta didik bisa membuat karya tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian paragraf?
2.    Apa tujuan pembentukan paragraf?
3.    Sebutkan syarat-syarat paragraf yang baik!
4.    Sebutkan unsur-unsur paragraf!
5.    Sebutkan macam-macam paragraf!
6.    Jelaskan pengembangan paragraf!
7.    Sebutkan teknik pengembangan paragraf!
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian paragraf
2.    Untuk mengetahui tujuan pembentukan paragraf
3.    Untuk mengetahui syarat-syarat paragraf yang baik
4.    Untuk mengetahui unsur-unsur paragraf
5.    Untuk mengetahui macam-macam paragraf
6.    Untuk mengetahui pengembangan paragraf
7.    Untuk mengetahui teknik pengembangan paragraf















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf berasal dari bahasa Inggris yaitu paragraph, sedangkan alinea berasal dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata alenia dalam bahasa Belanda berasal dari bahasa latina lenia yang berarti ‘mulai dari baris baru’. Adapun bahasa Inggris paragraph berasal dari bahasa Yunani, para yang berarti ‘sebelum’ dan grafein yang berarti ‘menulis, menggores’.[1]
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membahas tentang suatu gagasan atau topik tertentu. Paragraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang menunjukkan suatu kesatuan pikiran atau dapat juga diartikan sebagai kumpulan kalimat-kalimat yang saling berkaitan dalam membentuk suatu gagasan atau topik tertentu. Sebuah paragraf terdiri dari satu atau dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan sering kita temukan sebuah paragraf terdiri atas lebih dari lima buah kalimat. Meskipun paragraf terdiri atas beberapa kalimat, tetapi tidak ada satu pun dari kalimat-kalimat tersebut yang membahas tentang permasalahan yang lain (Arifin 1988:125).[2] Jadi, paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang berisi kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan berkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya dalam suatu rangkaian permasalahan tertentu secara menyeluruh, utuh dan padu serta mempunyai satu kesatuan pikiran yang membahas suatu topik atau tema tertentu. Berikut ini merupakan contoh sebuah paragraf :
Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang ditulis atau dicetak yang berupa suatu karangan. Sedangkan bahasa lisan ialah bahasa yang diucapkan atau dituturkan, berupa pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis, paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan, paragraf merupakan bagian dari suatu tuturan.[3]
Paragraf tersebut terdiri dari empat kalimat. Semua kalimat di atas membahas tentang bahasa tulis dan lisan. Oleh karena itu, topik paragraf itu adalah masalah bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita juga akan menjumpai topik paragraf yang lain pula. Topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf. Semua pembahasan dalam paragraf tersebut terpusat pada pikiran utama. Pikiran utama itulah yang menjadi pokok pembicaraan. Karena itu, pikiran utama disebut juga gagasan pokok dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik paragraf.
B.  Tujuan Pembentukan Paragraf
1.    Untuk memudahkan pembaca dalam memahami suatu permasalahan dalam paragraf tertentu. Karena permasalahan dalam paragraf satu dengan paragraf lain tidak sama, akan tetapi tetap saling berhubungan.[4]
2.    Untuk memudahkan pembaca dalam membedakan antara permasalahan dalam suatu paragraf dengan permasalahan dalam paragraf yang lain. Oleh sebab itu alinea hanya boleh mengandung satu permasalahan, jika terdapat dua permasalahan, maka dipecahkan menjadi dua alinea.
3.    Sebagai pembeda dalam pembahasan antara permasalahan satu dengan permasalahan lain dalam suatu kalimat.
C.  Syarat Paragraf yang Baik
Paragraf yang baik sebaiknya memenuhi dua syarat, yaitu (1) kesatuan dan (2) kepaduan (Arifin 1988:126; Soedjito 1991:30). Kemudian Sakri (1992:2) menambahkan ciri ketiga dari paragraf yang baik, yakni (3) memiliki isi yang memadai.[5] Berikut ini merupakan pejelasan dari syarat paragraf yang baik :
1.    Kesatuan
Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf tersebut. Apabila ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran atau ide pokok paragraf tersebut, maka paragraf akan menjadi tidak padu dan tidak utuh. Kalimat yang menyimpang tersebut harus ditiadakan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini:
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng, selesai pertandingan final Kejurnas Tenis Minggu malam di Gedung Olah Raga Jatidiri Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petenis terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi puncak yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena kejurnas.[6]
Paragraf tersebut terdiri dari enam kalimat. Perhatikan kalimat ketiga dari paragraf tersebut, yaitu Kota Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng. Kalimat tersebut menyimpang dari pokok pikiran Jateng sukses, sedangkan kalimat yang lain mendukung pokok pikiran. Kalimat ketiga menyebabkan paragraf tersebut tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat tersebut hendaknya ditiadakan agar paragraf menjadi utuh.
2.    Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis dan dari ungkapan-ungkapan (kata-kata) penghubung antar kalimat. Urutan susunan kalimat yang logis akan terlihat dalam suatu paragraf. Dalam paragraf juga tidak ada kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
Kata penghubung antar kalimat dapat berupa kata penghubung transisi. Beberapa kata transisi yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah sebagai berikut :[7]
1)   Hubungan tambahan, seperti selanjutnya, kemudian, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
2)   Hubungan pertentangan, seperti akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
3)   Hubungan perbandingan, seperti sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.
4)   Hubungan akibat, seperti oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka.
5)   Hubungan tujuan, seperti untuk itu, untuk maksud itu.
6)   Hubungan singkatan, seperti singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
7)   Hubungan waktu, seperti sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
8)   Hubungan tempat, seperti berdekatan dengan itu.
Paragraf di bawah ini memperlihatkan pemakaian kata penghubung antar kalimat yang berupa kata penghubung transisi :
Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai guncang menampung serbuan para pemburu saham. Agaknya, pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen.[8]
Dengan adanya penghubung kata antar kalimat seperti yang disebutkan dalam paragraf di atas, yakni sementara itu, oleh karena itu, akibatnya, dan bahkan. Maka akan diperoleh suatu kepaduan paragraf dan urutan susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu menjadi logis.
3.    Isi yang memadai
Sebuah paragraf dapat dikatakan memiliki isi yang memadai jika memiliki sejumlah susunan kalimat yang sesuai untuk menjadi kalimat pendukung pokok pikiran dalam suatu paragraf. Pembaca berharap akan menemukan semua informasi yang berkaitan dengan pokok pikiran paragraf secara memadai. Pembaca akan kecewa bila gagasan yang terkandung dalam sebuah paragraf tidak jelas atau tidak didukung dengan kalimat penjelas/pendukung yang sesuai.[9]

D.  Unsur-unsur Paragraf
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu sebagai berikut:[10]
1.    Kalimat topik/kalimat pokok adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf.
Ciri-ciri kalimat topik adalah sebagai berikut:[11]
·      Kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
·      Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan dapat diuraikan lebih lanjut
·      Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
·      Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi
2.    Kalimat penjelas/kalimat pendukung adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf.
Ciri-ciri kalimat penjelas adalah sebagai berikut:[12]
·       Kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
·       Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf
·       Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi
·       Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik
Berdasarkan susunannya, paragraf dapat dibagi menjadi 3 bentuk di antaranya sebagai berikut:[13]
1)   Paragraf yang memiliki empat unsur
Susunan paragraf jenis ini terdiri atas :
a.    Tarnsisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b.    Kalimat topik
c.    Kalimat pengembang
d.   Kalimat penegas.
2)   Paragraf yang memiliki tiga unsur
Susunan paragraf jenis ini terdiri atas :
a.    Transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b.    Kalimat topik
c.    Kalimat pengembang
3)   Paragraf yang memiliki dua unsur
Susunan paragraf jenis ini terdiri atas :
     a. Kalimat topik
     b. Kalimat pengembang
E.  Macam-macam Paragraf
1)   Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
     Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik dalam paragraf akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.[14]
a.    Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, kemudian kalimat penjelas yang  menguraikan secara terperinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
”Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.”[15]
b.    Paragraf Induktif
Adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak pada bagian akhir paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan (kalimat penjelas) terlebih dahulu, kemudian diakhiri dengan pokok pembicaraan (kalimat pokok).
Contoh paragraf induktif :
”Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, juga memiliki kebun kakao yang lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.”[16]
c.    Paragraf Deduktif-Induktif
Adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf deduktif-induktif:
”Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat, murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang kuat tetapi murah harganya. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah, dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”[17]
d.   Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik:
”Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Ku hirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.”[18]
2)   Jenis paragraf menurut sifat isinya
Berdasarkan sifat isinya, paragraf dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu:[19]
a.    Paragraf Persuasif
Adalah isi paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Contoh :
“Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan penyakit yang disebabkan oleh sampah-sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing-masing untuk membuang sampah pada tempatnya.”
b.    Paragraf argumentasi
Adalah isi paragraf yang membahas tentang satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung. Contoh :
“Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008-2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009-2010.”
c.    Paragraf naratif
Adalah isi paragraf yang menunjukkan suatu peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita sesuai dengan kronologi waktu. Oleh karena itu, paragraf naratif umumnya ditemukan dalam novel, cerpen, hikayat, dan sebagainya. Paragraf naratif memiliki unsur 5W1H (who, what, where, when, why, dan how). Siapa, melakukan atau mengalami kejadian apa, di mana dan kapan kejadian itu terjadi, mengapa sampai melakukan atau mengalami kejadian itu, dan bagaimana kronologis kejadiannya.[20] Berikut contohnya:
“Siang itu Jaka benar-benar kecewa karena tugas yang telah disusunnya berminggu-minggu ketika sudah sampai waktunya untuk dikumpulkan ternyata tidak dapat dicetak karena ia lupa meletakkan disket yang berisi dokumen itu. Mondar-mandir ia mencarinya dan tidak menemukannya. Jaka memarahi dirinya karena tidak menyimpan di tempatnya. Ia tergesa-gesa ketika selesai dari rental langsung pulang ke kampung halaman.”
d.   Paragraf deskritif
Adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa. Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi lukisan apa yang tertangkap oleh indera, baik yang terlihat, terdengar, terasa, teraba, atau tercium.[21] Semua hasil penginderaan selanjutnya diolah oleh perasaan dan dilukiskan dengan kata-kata sebagai sebuah paragraf deskripsi. Contoh :
“Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.
e.    Paragraf ekspositoris/eksposisi
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu. Paragraf ini menunjukkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur dari objek yang dipaparkan. Penyampaiannya dapat menggunakan analisis kronologis atau keruangan. Contoh :
“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
3)   Jenis paragraf menurut fungsinya dalam karangan
     Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:[22]
a.    Paragraf pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
a)    Mengantarkan pada pokok pembicaraan
b)   Menarik minat pembaca
c)    Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan
     Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut dapat dikatakan bahwa paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu:
a)    Kutipan, peribahasa, anekdot
b)   Pentingnya pokok pembicaraan
c)    Pendapat atau pernyataan seseorang
d)   Uraian tentang pengalaman pribadi
e)    Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
f)    Sebuah pertanyaan
b.    Paragraf pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini di dalam karangan dapat difungsikan sebagai:[23]
a)    Mengemukakan inti persoalan
b)   Memberikan ilustrasi
c)    Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
d)   Meringkas paragraf sebelumnya
e)    Mempersiapkan dasar bagi simpulan
c.    Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi kesimpulan bagian karangan atau seluruh karangan. Mengingat paragraf penutup ini sebagai akhir dari karangan. Penyajiannya harus memperhatikan hal sebagai berikut :[24]
a)    Sebagai bagian penutup, maka paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
b)   Isi paragraf harus berisi kesimpulan sementara atau kesimpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
c)    Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, maka paragraf ini diusahakan dapat menimbulkan kesan yang medalam bagi para pembaca
F.   Pengembangan Paragraf
Mengarang adalah mengembangkan paragraf demi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan paragraf yang tidak hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini mengandung tiga buah kalimat topik.[25]
“Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat instrumen tiup kelas dunia.”
Perhatikan contoh paragraf berikut yang merupakan pengembangan kalimat-kalimat dari ketiga topik di atas.[26]
“Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengemukakan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.”
“Pada pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Jika dibuat terus menerus, Morgan harus bekerja selama empat belas tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.”
“Dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck (Bremen), Frederick van Huene (Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman), serta Sighoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang).” (Dikutip dari Arifin 1988:138).
Kalau kita amati, ternyata ketiga paragraf-paragraf yang terakhir lebih memberi penjelasan dari kalimat pokok daripada paragraf sebelumnya yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik dan kreatif dalam memilih kalimat-kalimat penjelas. Sedangkan paragraf yang mengandung tiga buah kalimat topik menjadi kurang jelas karena tidak ada kalimat-kalimat penjelas.
G. Teknik Pengembangan Paragraf
Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara nyata tentang apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan menggunakan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logika sehingga pernyataan tersebut menjadi sesuatu yang meyakinkan.[27]
Dalam praktek pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya adalah :
a.    Pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus
Kalimat Utama ditulis pada awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Berikut ini contohnya:
“(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan.”[28]
Paragraf seperti ini dinamakan paragraf deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah umumnya berbentuk deduktif. Paragraf tersebut merupakan pengembangan paragraf dari umum ke khusus (umum-khusus). Pengembangan paragraf itu dapat diperinci sebagai berikut:
·      Kalimat umum (1)
·      Kalimat khusus (2)
·      Kalimat khusus (3)
·      Kalimat khusus (4)
Selain itu, paragraf dapat disusun dengan cara mengembangkan ide pokok secara khusus-umum. Berikut ini contoh pengembangan paragraf khusus-umum:
“(1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Bukti yang lalu meyakinkan kita bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan dipecah-pecah.”[29]
Paragraf seperti ini dinamakan paragraf induktif. Kalimat awal menunjukkan hal-hal yang khusus, kemudian dipaparkan hal umum yang merupakan pikiran pokok. Pengembangan paragraf seperti itu dapat diperinci sebagai berikut:
·      Kalimat khusus (1)
·      Kalimat khusus (2)
·      Kalimat khusus (3)
·      Kalimat umum (4)
b.    Pengembangan paragraf dengan pemberian contoh
Paragraf pengembangan ini menunjukkan suatu pernyataan, kemudian menyebutkan rincian-rincian yang berupa contoh-contoh konkrit. Berikut ini contohnya:[30]
“Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, dan memang yang mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada kalimat dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.”
Untuk itu dalam menggunakan paragraf pengembangan ini, penulis hendaknya dapat memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat mewakili keadaan yang sebenarnya.
c.    Pengembangan paragraf dengan menampilkan fakta-fakta
Pengembangan paragraf dengan cara ini awalnya adalah dengan mengemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran pokok, kemudian kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta-fakta yang meyakinkan pendapat tersebut.[31] Berikut ini contohnya:
“Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kagagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu kalimat-kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk menghasilkan argumen yang meyakinkan.”
d.   Pengembangan paragraf dengan memberikan alasan-alasan
Alasan-alasan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf jenis ini dapat berupa sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam pengembangan paragraf sebab-akibat, lebih dahulu dikemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu, kemudian diikuti rincian-rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas. Contoh:[32]
(1) Kemampuan menyusun paragraf yang baik adalah modal kesuksesan bagi mahasiswa. (2) Ia dapat mengungkapkan ide atau gagasannya dengan jelas kepada dosen atau kepada partisipan ketika berdiskusi. (3) Tugas-tugas juga dapat dibaca dan dipahami dengan cepat oleh dosen karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan kepala ketika mengoreksi argumentasinya yang jelas.
Paragraf tersebut termasuk paragraf deduktif. Pengembangan paragraf ini dapat diperinci sebagai berikut:
·      Kalimat (1) merupakan sebab
·      Kalimat (2) merupakan akibat
·      Kalimat (3) merupakan akibat
·      Kalimat (4) merupakan akibat
Kebalikan pengembangan paragraf sebab-akibat adalah paragraf akibat-sebab. Dalam hal ini, akibat suatu kejadian merupakan pikiran-pikiran utama, sedangkan sebab merupakan pikiran penjelas.
(1) Dia terpaksa tidak melanjutkan kuliahnya di Unnes. (2) Sudah beberapa bulan ibunya sakit. (3) Ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu. (4) Adik-adiknya masih kecil. (5) Sementara ibunya membutuhkan biaya pengobatan. (6) Untuk itu, terpaksa ia harus meninggalkan kuliahnya karena harus bekerja.
e.    Pengembangan paragraf dengan perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan yaitu suatu cara dimana penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek/gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Paragraf berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.[33]
Contoh (a):
(1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua cipta sastra itu berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua puisi lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai pada cipta sastra masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian saja.
Pada pengembangan contoh (a) di atas dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-persamannya.
Contoh (b):
(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa perbedaan. (2) Perbedaannya terlihat jelas pada sajaknya. (3) Pantun bersajak silang (abab), sedangkan syair bersajak sama (aaaa). (4) Selain itu, dua baris pertama pada pantun hanya berupa sampiran, sedangkan isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. (5) Pada syair yang tidak ada sampiran, keempat barisnya mengandung isi yang saling bertautan.
Pada pengembangan contoh (b) di atas, dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi perbedaan-perbedaannya.
Contoh (c):
(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. (5) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.
Pada pengembangan contoh (c) di atas, perbandingan dipaparkan dengan persamaan dan perbedaan-perbedaan. Dapat diperinci sebagai berikut:
·      Kalimat (2) menunjukkan persamaan
·      Kalimat (3), (4), dan (5) menunjukkan perbedaan-perbedaan
Pengembangan paragraf perbandingan dapat disusun dengan dua cara.[34] Cara pertama, (1) semua rincian tentang hal I dipaparkan terlebih dahulu, (2) kemudian setelah menulis tentang hal I, selanjutnya semua rincian tentang hal II dipaparkan. Jadi, rincian masing-masing disebutkan secara terpisah. Paragraf itu seolah-olah terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian I berisi rincian-rinciannya dan bagian II juga berisi rincian-rinciannya juga.
Pengembangan paragraf perbandingan cara kedua yaitu rincian-rincian tentang hal I dan hal II tidak ditulis terpisah, artinya dalam satu kalimat. Seperti yang dipaparkan dalam contoh (c) pada kalimat (3), (4), dan (5). Rincian-rincian yang disebutkan dalam cara kedua itu harus sejajar. Dalam karangan lebih banyak yang menggunakan cara yang kedua, sebab persamaan dan perbedaan dua hal yang dibandingkan itu lebih mudah dipahami dan diingat jika diletakkan dalam satu kalimat.[35]


f.     Pengembangan paragraf dengan definisi luas
Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu.[36] Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas:
“Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan mudah dimengerti. Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.”
g.    Pengembangan paragraf dengan campuran
Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat, sebab-akibat dengan perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut contohnya pengembangan paragraf jenis definisi luas dengan contoh-contoh:[37]
“(1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak macamnya dan jumlahnya. (4) Biasanya menggunakan kata-kata lazim yang dipakai sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata-kata tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dipikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul (dibetulkan), belum lihat (belum melihat), merobah (mengubah), dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya: dapet (dapat), malem (malam), ampat (empat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8) Bahkan sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya ini hari, itu orang, lain hari, lain kali, dan sebagainya.”



BAB III
KESIMPULAN
Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang berisi kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan berkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya dalam suatu rangkaian permasalahan tertentu secara menyeluruh, utuh dan padu serta mempunyai satu kesatuan pikiran yang membahas suatu topik atau tema tertentu.
Tujuan pembentukan paragraf di antaranya adalah:
a)    Memudahkan pembaca dalam memahami suatu permasalahan dalam paragraf tertentu.
b)   Memudahkan pembaca dalam membedakan antara permasalahan dalam suatu paragraf dengan permasalahan dalam paragraf yang lain.
c)    Sebagai pembeda dalam pembahasan antara permasalahan satu dengan permasalahan lain dalam suatu kalimat.
Paragraf yang baik sebaiknya memenuhi dua syarat, yaitu (1) kesatuan dan (2) kepaduan (Arifin 1988:126; Soedjito 1991:30). Kemudian Sakri (1992:2) menambahkan ciri ketiga dari paragraf yang baik, yakni (3) memiliki isi yang memadai.
Unsur-unsur paragraf bisa dilihat dari berdasarkan fungsi dan susunanya, yaitu:
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun paragraf dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a)    Kalimat topik/kalimat pokok adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf.
b)   Kalimat penjelas/kalimat pendukung adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf.
Berdasarkan susunannya, paragraf dapat dibagi menjadi tiga bentuk di antaranya sebagai berikut:
1)   Paragraf yang memiliki empat unsur, susunan paragraf jenis ini terdiri atas, transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat), kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
2)   Paragraf yang memiliki tiga unsur, susunan paragraf jenis ini terdiri atas, transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang.
3)   Paragraf yang memiliki dua unsur, susunan paragraf jenis ini terdiri atas, kalimat topik dan kalimat pengembang.
Macam-macam paragraf dibagi menjadi tiga jenis, di antaranya sebagai berikut:
a)    Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.
b)   Jenis paragraf menurut sifat isinya
Berdasarkan sifat isinya, paragraf dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu: paragraf persuasif, paragraf argumentasi, paragraf naratif, paragraf deskritif, dan paragraf eksposisi.
c)    Jenis paragraf menurut fungsinya dalam karangan
     Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup.
Mengarang adalah mengembangkan paragraf demi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Teknik mengembangkan paragraf di antaranya sebagai berikut:
a.    Pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus
b.    Pengembangan paragraf dengan pemberian contoh
c.    Pengembangan paragraf dengan menampilkan fakta-fakta
d.   Pengembangan paragraf dengan memberikan alasan-alasan
e.    Pengembangan paragraf dengan perbandingan dan pertentangan
f.     Pengembangan paragraf dengan definisi luas
g.    Pengembangan paragraf dengan campuran





DAFTAR PUSTAKA
Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
Sakir. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://sakir-88.blogspot.com/2012/02/makalah-anakes.html. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).





[1] Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
[5] Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Sakir. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://sakir-88.blogspot.com/2012/02/makalah-anakes.html. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid
[20] Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[21] Ibid
[22] Wordpress. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://ye2couple.wordpress.com/2012/11/03/paragraf/. Diakses tanggal 22 Nopember 2012).
[23] Ibid
[24] Ibid
[25] Endutendut. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Paragraf (Online). (http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html)
[26] Ibid
[27] Ibid
[28] Ibid
[29] Ibid
[30] Ibid
[31] Ibid
[32] Ibid
[33] Ibid
[34] Ibid
[35] Ibid
[36] Ibid
[37] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar